Kota besar di Indonesia sekarang ini banyak mempunyai masalah yang sama dalam hal infrastruktur, prasarana dan sarana yang kurang memadai. Sebagai contoh kurangnya ruang bermain anak, ruang terbuka hijau, jalan yang rusak-rusak, trotoar yang hancur, kurangnya tempat untuk komunitas sosial, kriminalitas yang tinggi, dll.

Berbagai masalah ini membuat masyarakat lebih tertarik untuk mencari rumah tinggal di cluster baru developer yang menawarkan keamanan 24 jam, jalanan dan trotoar yang tertata rapi dan didesign menarik, fasilitasnya yang lengkap seperti taman bermain anak, clubhouse, market, dll dibandingkan perumahan lama yang sudah tidak terawat.

Meskipun begitu, terdapat beberapa kelemahan juga bila membeli rumah di cluster perumahan baru developer seperti:

1.      Tidak ada kebebasan mengekspresikan keinginan pembeli terhadap style rumah dan layoutnya.

   Umumnya bila kita ingin membeli rumah di developer, kita diberikan beberapa brosur marketing dengan beberapa product rumah yang ditawarkan dari tipe 36/72, 27/60, dll dengan layout dan model rumah yang sudah ditentukan dari klasik, modern, tropical, dll yang tidak bisa kita ubah. 

   Developer tentu saja tidak mau bila tiap pembeli punya keinginan yang berbeda akan rumahnya dikarenakan memakan waktu lebih lama dalam prosesnya dan memberikan budget yang tidak terduga. Bilapun ada kavling tanah yang dijual, style rumah harus mengikuti sebelahnya. Memang ada beberapa pengembang yang hanya menjual kavlingnya tanpa bangunan di seluruh clusternya, tapi harganya biasanya dipasarkan sangat tinggi.

   Kadang-kadang ada beberapa pengembang merespon perbedaan tiap individu dengan memberikan beberapa option akan tampak yang berbeda tapi dengan layout yang sama. Tentu saja tampak ini bukanlah dari keinginan pembeli tapi hanya suatu pilihan. Kadang-kadang malah tampak yang berbeda ini membuat tampak perumahannya berantakan dan tidak ada kesatuan tema.

2.      Obral janji akan pengembangan kawasan di kedepannya dan fasilitas yang akan dibangun

   Banyak brosur-brosur master plan dari pengembang sekarang ini menawarkan suatu kota mandiri yang tertata rapi dengan sentra bisnis didepannya dari kantor-kantor yang tinggi dan modern, shopping centre, marketplace, clubhouse, restaurant terapung, sekolah dan juga ruang terbuka hijau dan taman bermain yang menarik.

   Kenyataannya ini hanya taktik pengembang untuk memancing ketertarikan pembeli. Ketika mereka sudah membeli rumah tinggal di cluster mereka, banyak fasilitas ini tidak dibangun-bangun, bahkan sampai banyak rumah tinggal sudah terbangun. Fenomena ini sering terjadi bila membeli rumah di developer kecil dengan modal pas-pasan dan dengan lokasi clusternya di pinggiran. ya.

   Perlu diingatkan, fasilitas-faslitas ini yang digunakan untuk penghuni sebenarnya tidak menguntungkan bagi pengembang. Banyak pengembang  ini menunggu aliran dana yang masuk dari pembeli dan baru stelah terkumpul mereka melaksanakan kewajibannya membangun fasilitas. Inilah mengapa banyak di forum di internet pembeli mengeluh lamanya pembangunan fasilitas tersebut.

3.      Tidak ada sense of place dan sense of neighborhood

   Perumahan baru tentu berbeda dengan perumahan lama yang telah berpuluh-puluh tahun ditempati oleh penghuninya. Perumahan lama cenderung terasa suasana bertetangganya dimana satu sama lain saling kenal dikarenakan sudah sering mengadakan acara komunitas bersama.

  Apalagi bila suatu perumahan sudah ditempati lebih dari beberapa generasi, tentunya banyak sekali memori dari yang baik dan buruk yang terjadi di berbagai lokasi di lingkungan perumahannya. Mungkin saja ingatan seperti acara gotong royong membersihkan taman dan jalanan, arisan di rumah si A, cerita di gang sempit si A dan si B pernah berantem, tetangga si C selalu duduk di depan rumahnya tiap pagi, ibu-ibu sering bergosip sewaktu jalan pagi, tukang sayur yang sering datang tiap pagi, dll. Kumpulan ingatan dari memori yang menyenangkan inilah yang bisa membuat orang merasa senang, kenal, nyaman dan betah tinggal di tempatnya sampai bertahun-tahun. Inilah yang disebut sense of place.

  Bila kita bandingkan dengan perumahan baru, sense of place dan neighbourhood tentunya belum ada dikarenakan penghuninya semuanya masih baru dan tidak saling kenal. Dibutuhkan banyak usaha dari komunitas dan pengelola untuk mengumpulkan dan membuat acara agar komunitas bisa saling kenal satu sama lain.

   Hal ini menjadi tidak mudah, apabila di perumahan tersebut, pengelola dan penghuninya sangat pasif sehingga meyebabkan warganya menjadi sangat individualis dengan artian masing-masing saja, tanpa mau tau apa yang terjadi di lingkungannya.
Apalagi dalam perumahan baru banyak pasangan muda yang tinggal, rasa individualis akan lebih terasa dikarenakan banyak sekali dari mereka tidak ada waktu untuk ikut komunitas dikarenakan keduanya sibuk mencari nafkah dan dalam weekend lebih senang menghabiskan waktunya pergi ke pusat pembelajaan.

  Bahkan ironinya pasangan muda lebih sering melihat rumah tinggal sebagai investment bukan untuk tinggal dalam artian kapan pun rumahnya bisa dijual apabila harga propertinya naik. Tentu dengan pemikiran ini, orang muda akan malas untuk bersosialisasi dengan tetangganya bila mereka hanya tinggal dalam waktu sebentar.

4.      Fenomena tiny house dengan design yang tidak bisa tumbuh

   Sekarang ini banyak pengembang demi mengejar keuntungan, banyak rumah kecil atau tiny house ditawarkan  untuk golongan pegawai menengah dengan tipe 54/32 atau 36/32, Tipe tersebut mempunyai tanah 4x8 m dengan luas dasar bangunan hanya 4x4 dengan halaman belakang yang sangat kecil dan sempit. Untuk memaksakan 2 kamar tidur, designnya tentu saja sangat kecil dengan ruangnya rata-rata 2x2 m seperti kamar pembantu. Sangat tidak mungkin bagi pembelinya untuk mengembangkan rumahnya bila anggota keluarganya bertambah dikarenakan tanahnya yang kecil. Tapi dikarenakan lokasinya yang strategis dan janji akan fasilitasnya, perumahan dengan tiny house ini bisa memikat banyak calon pembeli.





     Semenjak kemunculan media sosial, peranan arsitek telah berubah dratis terutama dalam strategi marketingnya. Banyak dari arsitek muda menggunakan media sosial seperti instagram, facebook, tweeter, youtube, pinterest, dll untuk mempromosikan dirinya beserta karya-karyanya. Perlombaan pun dimulai untuk mencari ketenaran dalam hal mencari banyaknya like atau follower yang didapat layaknya selebritis.
Tentu saja acara-acara seperti talk show, nongkrong atau ngopi bareng arsitek, pameran karya arsitek muda, dll sedang populer bagi arsitek-arsitek yang baru untuk berpatisipasi dan mempromosikan dirinya.

    Tidak seperti pendahulunya para arsitek yang sudah berpengalaman lebih dari 20 tahun lebih rendah hati dalam menampilkan karya-karyanya. Bahkan bila tidah ada undangan untuk presentasi, mereka tidak banyak promosi diri. Bilapun promosi di media, lebih banyak di portfolio perusahaannya dan bukan pribadi arsiteknya sendiri. Bukannya promosi diri layaknya artis yang menampilkan fine art dari egonya masing-masing.

    Mungkin inilah yang sering disindir bahwa generasi muda arsitek banyak disebut instagram arsitek.  Apakah generasi arsitek muda sepeti layaknya generasi instan mtv yang ingin mengikuti fenomena Justin Bieber dengan instannya bisa terkenal dan mendapatkan banyak uang dari memasukkan video clipnya di media sosial.

   Memang tidak salah promosi di media sosial untuk memperlihatkan ke publik existensi kita, ketika proyek-proyek arsitektur kita didominasi oleh biro arsitektur besar. Tentu untuk bisa survive, promosi diri dan keahliannya yang terus-menerus adalah langkah awal mencari klient. Sayangnya yang sering ditampilkan adalah gambaran sepotong-sepotong dari 3d yang superrealitis dari proyek-proyek rumah mewah, komersial layaknya presentasi iklan properti yang kebanyakan hanyak mengikuti  dari keinginan klientnya memaximalkan penggunaan lahan.

    Tidak heran potongan 3d yang ditampilkan seperti mirip-mirip dengan image yang didapat di internet ataupun majalah arsitektur dan interior. Jarang sekali melihat arsitek generasi muda kita yang idealis dalam pencarian pendekatan arsitektur yang baru.
Mungkin inilah kestagnan arsitektur kita, kurangnya arsitek yang berpikir, tapi lebih banyak arsitek yang mencontek apa yang indah dan lagi tren di majalah atau media luar

Kita musti lebih banyak membuat pameran atau talk show yang mempunyai agenda atau tema yang isinya bisa berbagi pengetahuan bagi kalangan arsitek sendiri dan kalangan publik. Sepertinya moderator, kritikus, kurator banyak dibutuhkan saat ini untuk menyaring karya-karya yang hanya menampilkan keindahan semata atau ketenaran sesaat tanpa ada manfaat yang banyak bagi profesi dan publik.



    Seratus tahun setelah Adolf loose menyatakan  “ornament is crime” dengan analoginya yang mencontohkan manusia modern yang menganggap orang papua yang bertato dengan objek-objek sekeliling mereka yang berdekorasi adalah suatu masyarakat yang tidak beradab dan ketinggalan. Pahamnya telah menginspirasi arsitektur modern yang beranggapan bentuk modern adalah bentuk yang murni, bersih dan  terbebas dari ornamen dengan alasan bahwa ornamen adalah suatu budaya masa lalu atau yang primitive  yang harus dihilangkan  untuk menuju suatu masyarakat yang modern. 

    Aliran-aliran arsitektur modern ini juga berkembang di Indonesia sendiri  yang  dibawa oleh para pelajar arsitektur indonesia yang pertama kali balik dari eropa. Tapi banyak dari mereka meskipun terpengaruh dari paham modern yang bersih dan polos tidak begitu saja membuat bentuk yang benar-benar bersih dan murni tetapi berkembang dengan mengadaptasi iklim tropis seperti karyanya Frederich Silaban  

    Silaban disini mencoba mencari apakah arsitektur indonesia modern ketika di zaman itu diperlukanlah suatu arsitektur yang membawa Indonesia untuk lepas landas ke era yang baru setelah merdeka. Misi yang sulit dari Soekarno untuk memperlihatkan Indonesia kepada dunia bahwa kita telah bergerak menuju bangsa yang maju dan modern. Pertanyaan yang susah tentu apakah arsitektur Indonesia modern sendiri? kita memiliki arsitektur tradisional yang berbeda-beda dari sabang sampai merauke dan bila kita hanya mengexploitasi satu arsitektur tradisional hanya akan memecah persatuan kita, bagaimana kita memperlihatkan identitas yang baru kita pada dunia.

kantor pusat Bank Indonesia - Frederich Silaban dengan pola kisi-kisinya sebagai respon iklim tropis dan juga terlihat sebagai ornamen 

    Cara berpikir disini tetap memperlihatkan bahwa suatu yang tradisional disini adalah suatu masa lalu, kita butuh suatu yang baru untuk memperlihatkan kita telah berubah dan siap lepas landas. Tapi konflik kepetingan terlihat juga disini, dalam satu hal kita mau menjadi modern tapi di lain hal kita mau memperlihatkan identitas dan jati diri kita yang berbeda dari negara lain. 

   Pertanyaan ini dijawab oleh Silaban bahwa spirit arsitektur tradisional adalah cara merespon terhadad iklim tropikal. Dengan membuat arsitektur modern dengan tanggap dengan iklim kita bisa mewujudkan arsitektur indonesia modern. Tapi sayangnya yang dilupakan disini adalah bukan kita saja negara yang berada di satu garis iklim tropis. Malaysia, Thailand, Vietnam dan Singapura juga masih dalam satu iklim. 

   Ketika fundamental yang dicari adalah arsitektur kita seharusnya beratap, orientasi utara selatan, memaksimalkan cross ventilasi, menahan panas matahari yang langsung hanyalah respon sustainability dari bangunan dan tidak bisa mencerminkan identitas kita karena bisa saja respon terhada iklim ini menjadi sama dengan negara tetangga. Bila kita balik lagi terhadap ornamen, ketika Silaban mencoba mengekplorasi tampak bangunan yang merespon iklim tropis disadari atau tanpa disadari tampaknya malah seperti suatu ornamen yang diulang-ulang yang terintegrasi dengan strukturnya.

   Setelah beberapa dekade arsitektur modern memimpin timbulah perlawanan terhadap modern dari paham post modern arsitektur dimana beranggapan modern telah menghilangkan konteks lokasi, sosial, budaya setempat dengan memaksakan pahamnya. Paham post modern mengembalikan kembali ornamen karena menganggap modern tidak mempunyai jiwa dan membosankan. Tentu saja post modern hadir dengan mencari nilai dan expresi dalam penggunaan teknik membangun, bentuk dan referensi style-style lama yang sangat bertolak belakang dengan aliran modern yang minimalis.

   Setelah era post modern menjadi tren secara internasional, kita banyak mencari arsitek luar negeri untuk mendesign bangunan komersial kita. Ironinya  paham ini malah keluar dari misinya sewaktu hadir di Indonesia dan memaksakan juga bentuk baru yang juga terlepas dari identitas kita. Dengan gaya klasik kontemporer barat dengan tampilan ornamen baru dan berwarna menghias bangunan mal-mal dan perkantoran kita.

Mall taman anggrek bergaya post modern di design oleh Altoon & Porter Architect


Memang ada beberapa arsitek yang menghadirkan  kembali bentuk tradisional tertentu menjadi lebih modern dalam tipologi hotel resort, convention centre, bangunan publik yang menghadirkan kembali ornamen-ornamen tradisional dan atap tradisional. Yang menariknya mulai timbul pertanyaan tentang tipologi, ketika suatu atap tradisional dan ornamen yang sama dari suku tertentu muncul di semua tipologi bangunan. Bahkan untuk memperlihatkan kita sebagai bangsa yang satu, pola ornamen dari berbagai suku di Indonesia bisa hadir serempak dalam bangunan post modern ini. Berbagai kritik mulai dilontarkan ketika dirasa arsitektur tradisional sudah diperkosa dan dirampas nilai yang dikandungnya.

Kantor dinas perijinan kota Yogjakarta - memperlihatkan ornamen yang dipaksakan di kolom tanpa ada makna atau simbol yang jelas - hanyalah sebagai dekorasi memperlihatkan kejogjaan

Kantor pemerintahan Jayapura yang memperlihatkan kesamaan pemakaian tempelan ornamen suku tertentu di tengah kolom yang klasik dan atap tradisional suku tertentu yang dipaksakan kombinasinya dengan atap beton yang bergaya klasik

Kantor perwakilan pemerintah provinsi Sumatera - memperlihatkan gabungan kantor yang modern dengan penambahan atap tradisional Sumatera dengan ornamennya. Gabungan ini hanya menimbulkan pertanyaan bahwa atap beserta ornamen ini bisa di gabung dengan semua tipologi bangunan modern hanya untuk mengindentifikasikan ciri kelokalan yang semu.


   Susahnya disini tradisional memang mempunyai nilai-nilai yang bersifat sosial, budaya atau sakral atau spritual dalam menentukan ornamen dan bentuk dari bangunannya. Semuanya ada dasar dalam menentukan bangunannya seperti orientasi yang sakral terhadap alam, aturan yang ketat terhadap cara membangun elemen-elemen arsitekturnya dari kolom, pondasi, atap, dinding. Begitu juga dengan ornamen dan bentuk atap yang tidak bisa seenak-enaknya ditaruh dimana-mana. karena atap tradisional dan ornamen tradisional menyimbolkan tipologi tertentu, status penghuni rumah dan cerita kehidupan di baliknya.

   Konflik kembali terjadi disini ketika bangunan modern mempunyai suatu fungsi yang tidak pernah ada dalam tipologi bangunan tradisional seperti hotel, kantor, shopping centre, rumah sakit, dll. Semuanya hadir dari budaya barat yang telah  meyakinkan kita inilah yang modern dan terkini. Tidak pernah ada sebelumnya cara membangun bangunan modern ini di budaya kita. Referensi tentu berasal dari arsitektur negara lain. Dikarenakan post modern sendiri mencari hubungan dengan masa lalu, dipaksakanlah gaya tradisional ke bangunan modern dengan cara menampilkan yang terlihat dipermukaan seperti bentuk atap, pola ornamen tradisional yang dipadukan bentuk dan fungsi yang modern seperti layaknya theme park bertema budaya. 
Yang terjadi akhirnya di era post modern, kita merasa tidak enak melihat atap tradisional dan ornamen tampil di setiap bangunan post modern ini. Tentu saja ini hanyalah tempelan atau dekorasi semata yang tidak ada makna, tidak ada dasarnya, dan tidak bersuara. 

   Yang muncul belakangan adalah aliran modern minimalis. Lucunya ketika minimalis ini sebenarnya kembali ke paham modern awal yang bersih dan murni, malah menjadi salah paham akan gayanya  di masyarakat. kesalahpahaman tentang stylenya ditandai dengan munculah minimalis yang lain seperti minimalis art deco, minimalis tropikal, minimalis pop, minimalis industrial. Sepertinya minimalis yang lain ini muncul karena bentuk yang murni dan simple tidak terlalu disegani di masyarakat, bentuk modern  yang didekorasi dan mempunyai ornamen malah dipercaya sebagai minimalis. Dekorasi-dekorasi sederhana yang banyak ditambahkan di gaya minimalis ini malah menjadikannya kembali ke bentuk post modern. Fenomena ini juga dikarenakan masyarakat yang kurang mengerti tentang minimalis dan ketidakpercayaan masyarakat akan keindahan bentuk yang betul-betul murni ini. Sering di salah artikan bentuk yang murni tanpa dekorasi dan ornamen adalah suatu bentuk yang tidak menarik, belum selesai, dan tidak mewah. 

Cluster minimalis baru di Cawang memperlihatkan minimalis yang lain. Gaya ini sebenarnya sudah bukan lagi minimalis ketika unsur tropikal dari atap, pemakaian material batu alam yang disusun secara gaya klasik dan motif yang dipakai di pintu dan jendela sebagai hiasan tidak menjadikannya suatu bentuk yang murni dan bersih tapi sudah terpengaruh berbagai aliran. 


Cluster minimalis yang lain bergaya pop di Bandung dengan dekorasi warna yang berbeda-beda dan tambahan yang tidak perlu dari sirip warna biru dengan tujuan hiasan semata.

Minimalis yang lain yang meperlihatkan berbagai macam pola ornamen yang berbeda sebagai elemen dekorasi yang menempel di tampaknya. Tidak ada dasar dalam penentuan pola ornamen disini, hanyalah kesukaan dari perancangnya untuk tampil menarik.


   Dalam rumah tinggal, ketika sekarang ini pemiliknya sudah manusia modern dan tidak terikat tradisi, kehadiran ornamen ini  dinilai oleh pemiliknya untuk memperlihatkan tingkat kemakmurannya yang mampu mengeluarkan duit untuk menghias rumahnya dan bukan lagi memperlihatkan nilai-nilai budaya tradisinya.
Dalam bangunan komersial, ornamen ini juga kembali hadir untuk berbicara mewakili brand dari perusahaan atau merk dagangnya dengan tujuan untuk memasarkan barang dagangan atau jasa yang diberikan perusahaannya. Dalam bangunan publik, ornamen ini juga mempunyai maksud politik atau memanipulasi suatu identitas.


Mesjid raya Sumbar, Sumatera - memperlihatkan expresi yang modern dari spririt tradisional rumah adat minangkabau. Ekpresi ini menarik dikarenakan atap yang runcing dari minangkabau sudah melekat di mata publik dan arsiteknya dengan kreatif mengexpresikannya kembali lebih modern dengan ujungnya yang meruncing juga. Pola ornamennya pun dipakai kembali supaya bangunannya berkomunikasi dan bisa diterima oleh publik. Sepertinya aliran post modern yang kaya akan simbol dan ornamen lebih melekat ke hati publik dibanding suatu yang polos dan bersih tanpa ornamen dan detail yang tidak perlu (foto dari Fauzi Rahmat)

Kantor kementrian agama dengan pola tempelan diagonal silang dari aluminium panel di permukaan kaca tampak luarnya (foto dari agvanz.thumbr) - apakah arsiteknya bermaksud berkomunikasi arsitekturnya dengan publik dengan pola yang sering dilihat oleh masyarakat awam dari pola belah ketupat supaya publik tidak merasa asing dengan bangunannya. Atau apakah hiasan ini hanya untuk mengejar estetika belaka

Louis vuitton Jakarta - memperlihatkan pola ornamen dari merk brandnya yang sering dipakai di setiap tokonya di seluruh dunia dengan tujuan komersial


Cire Restaurant di Alila villa, Ulluwatu Bali oleh WOHA arsitek, Singapore. Memperlihatkan ornamen berbagai macam  gabungan pola motif  dari Indonesia yang dipresentasikan tanpa arti dan tidak berbicara dengan tujuan mengejar estetika semata dan memperlihatkan ada identitas keindonesiaannya yang semu 

Foresta business loft 2, BSD oleh arsitek Aboday. Pola ornamen motif segitiga dipakai sebagai tujuan sunscreen seperti pada bangunan pendahulunya karya Silaban. Ornamen disini mengambil pola grafis yang lebih modern dan terkini. Pertanyaan kembali apakah polanya ingin mewakili fungsi dari bangunannya, memberikan komunikasi ke publik atau hanyalah estitika belaka dari tren grafis yang sedang popular


   Akhirnya karena dorongan komoditas, ornamen ini timbul kembali dalam tiap tipologi bangunan modern kita dengan cara yang baru yang di sederhanakan dan diulang-ulang. Dalam beberapa tipologi, ornamen ini menjadi lebih bebas dan tidak terikat sisi sosial dan budaya. Pola-polanya pun sudah membebaskan diri dari konteks yang ada sehingga geometri apapun yang sedang tren bisa masuk dalam ornamen ini. kadang-kadang ornamen ini hanyalah juga jiplakan dari pola ornamen dari bangunan yang sering dipublikasikan di  majalah arsitektur atau media sosial untuk menjadikan tampilan yang trendy semata.

Meskipun beberapa arsitek di Indonesia telah sadar pentingnya fungsi ornamen ini untuk berkomunikasi ke publik tapi sayangnya banyak juga dari bangunan di Indonesia tidak menyuarakan dengan benar ornamennya dan hanyalah menjadi unsur estetika semata yang tidak berbicara. Meskipun sudah lama paham modern menolak segala bentuk ornamen, ornamen itu sendiri selalu muncul dengan sendirinya dalam pekembangan arsitektur kita. Saatnya kita meninjau ulang peranan ornamen dalam menyuarakan identitas arsitektur modern Indonesia.





Apa sih yang membedakan rumah-rumah kaum urban Indonesia dibandingkan dengan rumah di luar negeri? Jawabannya yang paling kelihatan adalah di perletakkan dan penggunaan istilah ruang tertentu yang tidak ada di luar negeri. Ruang inilah yang dimaksud: ruang tamu, ruang tidur tamu, dapur bersih dan basah, ruang pembantu.

foto oleh seni budaya12.blogspot - rumah joglo


Lucunya meskipun gaya yang dipakai oleh rumah tersebut bisa klasik mediterranian, tropis, minimalis, art deco, dll ruangan ini selalu hadir di denahnya. Bila anda bandingkan dengan rumah di luar negeri, anda akan menyadari hanyalah Indonesia yang mempunyai nama ruang ini.

Kenapa ruang-ruang ini hadir hanya di Indonesia? Inilah yang disebut budaya. budaya lahir dari kebiasaan orang Indonesia. Mari kita bahas tentang ruang tamu terlebih dahulu. Mungkin dikarenakan masih terpengaruh tradisi, dimana masyarakat Indonesia suka berkumpul, menerima tamu yang datang sekaligus menjamunya dan memamerkan rumahnya. Kebiasaan ini bisa di lacak dari rumah-rumah tradisional dimana selalu ada yang namanya pelataran atau serambi yang khusus bertujuan menyambut tamu yang datang, dijamu dan diajak ngobrol di ruang ini.

Tidak sopan bukan secara moral di Indonesia bila ada tamu yang berkunjung, kita tidak menjamunya dengan makanan-makanan kecil ataupun minuman. Tetapi meskipun begitu kita sangat berhati-hati menerima tamu yang datang. Bila tidak dikenal dengan baik, kita tidak akan membawanya lebih jauh kedalam ruang keluarga dikarenakan masalah keamanan. Terdapat batasan yang jelas yang memisahkan ruang tamu yang bersifat semi publik dan ruang keluarga yang bersifat privat.

Kadang-kadang pembatas ini banyak bersifat semi transparan dengan penggunaan kisi-kisi kayu atau kaca supaya yang punya rumah bisa mengintip sesaat untuk mengetahui siapa yang datang bertamu. Di ruang tamu ini jugalah kebanyakan pemiliknya menghias interiornya dengan bagusnya, kalau perlu memajang barang-barang koleksinya supaya terlihat kelasnya di masyarakat. Bila tamu yang datang adalah kerabat dekat atau masih hubungan kekeluargaan, maka dengan nilai kesopanan kita, diajaklah mereka menginap. Disinilah konsep kamar tamu terbentuk.

Tidak ada namanya ruang tamu dan kamar tidur tamu untuk rumah di luar negeri apalagi di negara barat. Kebanyakan dari mereka lebih individualis dan tidak banyak menerima tamu. Bilapun ingin bertemu teman, mereka lebih suka bertemu di tempat umum seperti cafe, pub, taman, pusat komunitas, dll.

Terus kenapa kita mempunyai dapur bersih dan kotor? Sebenarnya di barat hanya mengenal namanya dapur bersih untuk sebutan dapur dikarenakan jenis makanan yang disiapkan tidaklah berbau sangat kuat seperti makanan Indonesia. Makanan yang disajikan oleh orang barat kebanyakan adalah sandwich ataupun salad dan makan ringan lainnya yang mudah disajikan dan tidak berbau kuat.

Bandingkan dengan Indonesia yang memakai banyak rempah-rempah dalam bumbunya sebagai contoh kari, rendang, soto tentu baunya bisa ke seluruh ruangan. Makanya di Indonesia dibuatlah dapur kotor ini yang mempunyai ruangan sendiri agar bau makanannya hanya di ruangan ini. Tetapi dikarenakan kita sangat ingin mengikuti barat mempunyai dapur terbuka yang bergabung dengan ruang makan dan ruang keluarga maka hadirlah pantry atau dapur bersih ini.

Kenapa ruang pembantu juga berbeda dengan konsep rumah di luar negri? Itulah hebatnya kita, bayangkan di negara barat, bila anda mempunyai pembantu berarti anda adalah kaum orang kaya atau bangsawan. Sangatlah jarang bagi kaum menengah ke bawah di negara barat mempekerjakan pembantu yang haus tinggal bersama-sama di rumah. Bisa  dibayangkan ongkosnya yang mahal yang harus dikeluarkan bagi pemilik rumah. Tentunya mereka berpikir untuk mengerjakan pekerjaan rumah sendiri.

Terus kenapa kita dibilang hebat? tentunya di Indonesia, golongan menengah pun sanggup mempunyai pembantu makanya mereka merencanakan kamar pembantu beserta wcnya dalam rumahnya. Apakah ini dikarenakan kaun urban kita sudah terbiasa hidup manja dengan dilayani pembantu untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya atau memang terlalu sibuk bekerja.

Meskipun begitu kita seharusnya merencanakan kamar pembantu beserta wcnya dengan lebih manusiawi. Kadang-kadang dikarenakan ongkos membangun yang mahal, ruang-ruang ini diperkecil luasannya sampai-sampai deperti gudang yang sempit dan tidak terasa layak untuk pembantunya bisa tidur.

Jadi bisalah kita sebut ruang tamu, ruang tidur tamu, dapur bersih dan kotor beserta r. pembantu adalah fenomena yang indonesia banget.





   Jakarta sebagai kota megapolitan sangat disayangkan pemerintahnya tidak terlalu memperhatikan kondisi jalur pejalan kaki atau trotoar. Menurut Alfred Sitorus, ketua koalisi pejalan kaki tercatat 80% trotoar tidak layak diakses pejalan kaki dan 99% tidak layak diakses penyandang disabilitas. Memang ada beberapa  yang telah dirapikan oleh pemerintah, tapi itupun daerah yang dianggap mempunyai nilai ekonomi dan politik  lebih seperti daerah turis ataupun pusat pemerintahan.

   Kebanyakan kondisi trotoar yang bagus hanya berada pada sentral bisnis seperti kuningan, sudirman, thamrin, dll ataupun daerah cluster komersial dan perumahan yang dikelola oleh pengembang. Trotoar di daerah pengembang memang menjadi rapi dan terawat, meskipun bertujuan memberikan nilai harga tanah dan bangunan yang tinggi.

  Bila dibandingkan dengan di daerah di luar itu, kondisi trotoar di ibukota sangatlah berantakan. banyak trotoar yang hancur, terputus dan tidak layak dipakai untuk pejalan kaki. Diperparah dengan kaki lima, pengendara motor, tukang ojek dan sektor informal lainnya yang menempati hampir seluruh trotoar.

   Dikarenakan hali ini, sering kali  aktivitas yang lainnya seperti kegiatan informal di trotoar ini banyak dilarang dan diusir dikarenakan akan terlihat kumuh dan mengganggu, bahkan dalam perencanaan kota sektor ini sering diabaikan. Padahal sektor informal dari kaki lima  yang sering kali menempati trotoar di daerah sentra bisnis ini sangat membantu para pegawai kelas bawah seperti officeboy, satpam untuk mendapatkan makan siang yang terjangkau.

   Jakarta itu memang kurang ruang publik ataupun ruang hijau yang memadai. Seharusnya trotoar ini bisa menjadi pengganti ruang publik dan hijaunya. Sudah banyak dari warga Jakarta memakai trotoar sebagai pengganti ruang bersama. Janganlah disalahkan bila kaki lima, pengamen jalanan, tukang ojek, anak-anak jalanan bermain, seniman, pasar  ataupun sektor informal lainnya menempati trotoar ini. Justru merekalah yang menghidupkan ruang publik kota.

foto oleh highnews1.wordpress - PKL dikawasan jakarta pusat menjelang ramadhan

   Ingatlah kota kita bukanlah kota barat dimana trotoar memang benar-benar difungsikan satu kegiatan saja sebagai tempat pejalan kaki dan tidak melihat banyak dari kalangan bawah berjuang untuk hidup di Jakarta di trotoar ini. Mungkin anda pernah mendengar banyak kisah cerita sukses dari orang-orang yang mula-mula hanya berjualan di kaki lima pinggir jalan di ibukota secara ilegal lalu mendadak mereka bisa menaikkan taraf hidupnya dan mempunyai cabang-cabang di seluruh kota Jakarta. Justru sektor informal inilah juga yang membantu perekonomian negara dan mengatasi jumlah pengangguran.

Sejak dahulu kota Asia sebenarnya tidak memberikan batasan fungsi pada jalur infrastrukturnya baik trotoar, ruang hijau, ataupun jalanannya. Lihat saja di kampung kota, dikarenakan keabsenan perencanaan kota yang baik  malah menjadikan jalan tanpa trotoar ini sebagai tempat aktivitas bersama dan ruang yang saling berbagi sekaligus jalur kendaraan dan pejalan kaki. Infrastruktur di kampung kota ini lebih flexible menerima berbagai macam kegiatan dari kegiatan pernikahan, upacara kematian, prosesi sunatan dengan menutup jalanannya, anak-anak bermain di jalanan, kaki lima, tukang sayur mendorong dagangannya di jalan, dll. Bukankah ini yang seharusnya menjadi suatu representasi akan identitas kota kita yang berbeda dari kota besar di dunia lainnya.

   Dalam satu sisi memang ada bahaya akan keselamatan pejalan kaki itu sendiri sewaktu ruang trotoar yang terbatas ini ditempati oleh berbagai macam kegiatan pada daerah yang jalanannya padat di lalui kendaraan bermotor yang melaju dengan kecepatan tinggi. Memang kasus kampung kota berbeda dengan di jalur jalan yang lebar dan padat kendaraan bermotornya, dimana kondisi ini harus tetap memperlihatkan batasan yang jelas antara pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor untuk menjaga keselamatan penggunanya. Sering kali terlihat kakilima atau tukang ojek yang mengambil seluruh trotoar untuk berjualan sehingga memaksa pejalan kaki berjalan di jalanan yang padat ini. Yang diperparah lagi bila motor-motor dengan seenaknya berjalan di atas trotoar dan mengusir para pejalan kaki yang ada didepannya

foto oleh jakartapedestrian.wordpress.com mempelihatkan persaingan pejalan kaki memperebutkan ruangnya dengan pengendara motor yang parkir dan berjalan di trotoar


  Masalahnya sebenarnya bukan salah bila trotoar kita difungsikan menjadi banyak kegiatan atau multifungsi, tetapi tetap harus ada aturan main yang jelas. Harus ada aturan dan perencanaan yang jelas  tentang daerah mana trotoar boleh ditempati kegiatan informal, berapa minimum lebar trotoar ini yang diperbolehkan untuk kegiatan lainnya dari kaki lima, parkir motor, dll, berapa kapasitas yang optimal yang bisa ditampung jalan tersebut untuk keperluaan kegiatan tersebut dan bila diperbolehkan tentu saja harus ada batas-batas yang jelas antara ruang untuk kegiatan informal dan pejalan kaki. Tapi tentunya untuk motor yang memasuki trotoar itu seharusnya tidak boleh dibiarkan karena akan membahayakan keselamatan pejalan kaki.



Siapa yang tidak familiar dengan layanan gojek, uber, tokopedia, lazada, alibaba? di era internet ini semua layanan bisa kita dapatkan dengan hanya membrowsingnya di um google. Ketika semua bisnis merambat ke dunia online termasuk bidang profesi, layanan bisnis jasa konstruksi beserta profesional yang terlibat didalamnya sudah banyak ikut bersaing memasarkan layanannya secara online. Layanan arsitek juga termasuk dalam layanan jasa konstruksi yang akan dibahas disini



Memang tidak salah bukan, bersaing dalam merebutkan customer dalam dunia bisnis profesi online dengan memasarkan webnya. Yang sangat disesali dalam dunia arsitektur  online ini tidak ada aturan yang jelas tentang ijin keprofesian dalam memasarkan iklannya. Siapa saja sepertinya bisa membuat jasa arsitek online dengan berbekal kemampuan yang minim ataupun hanya melihat literatur belaka. Mungkin saja yang buat jasa tersebut bukan dari profesional arsitek atau hanya orang awam saja.

Terus apa yang terjadi di dunia arsitektur online ini? tentunya kesalah pahaman tentang standar fee dari arsitek sendiri. Kenapa begitu? sudah banyak web-web di internet yang menawarkan jasa design online dibawah rata-rata tarif yang distandarisasi oleh Ikatan Arsitek Indonesia sendiri (IAI).

Terus masalahnya kenapa kan sah saja namanya juga usaha? Masalahnya begini, ketika harga yang dicantumkan seperti paket murah mendesign dari denah, tampak, potongan, 3d beserta RAB (rencana anggaran biaya) sudah dipatok seharga 10 ribu-20 ribu per m2 bahkan ada praktek design n built yang mau menggratiskan gambar designnya, terjadilah disini kesalahpahaman, orang awam mengira jasa arsitek itu sangat murah di pasaran. Terlebih jasa arsitek hanya dianggap sebagai tukang gambar saja.

Dengan harga murah dan demi mendapatkan pembayaran yang cepat, tentu kualitas design arsitektur dan persyaratan dari kode-kode bangunan sesuai aturan  sudah tidak terpenuhi atau diragukan. Untuk mempelajari design dan peraturan bangunan saja, arsitek menekuni pendidikan S1nya seperti halnya profesi pengacara ataupun dokter, itupun belum bisa dibilang arsitek sebelum mereka mendapatkan ijin untuk membangun atau SIBP (Surat ijin Bekerja Perencana). Pertanyaannya apakah ada layanan jasa arsitek online memberikan no SIBPnya?

Dalam satu sisi memang ada keunggulan dalam hal kecepatan dan waktu. Seperti halnya layanan gojek atau tokopedia dimana transaksi masuk, jasa dan barang akan dilaksanakan langsung atau barang akan dikirim, layanan jasa arsitek ini mengikuti prinsip ini.  Layanan jasa design online ini juga ada bermacam-macam.

Yang pertama adalah tipe konvensional online dimana jasa mereka seperti biro arsitek pada umumnya yang menganalisa keinginan anda dan menggambarkan sesuai keinginan anda. Bedanya kecepatannya lebih cepat dikarenakan anda tidak perlu sering bertemu, hanya dengan mengirimkan informasi tanah dan keinginan anda dalam membuat rumah yang disampaikan dalam web mereka, anda akan langsung dapat tanggapannya secara email dengan cepat. Selanjutnya bila anda setuju dengan fee yang mereka minta, anda akan mendapatkan paket gambar tersebut dengan waktu yang diberikan tanpa perlu bertemu dan berkomunikasi dengan arsiteknya secara online juga.

 Range harga online ini sangat bervariatif tergantung jenis pekerjaan dan luasan bangunan yang anda ingin design. Bila anda ingin bertemu dengan mereka akan ada fee tambahan untuk konsultasi. Bila anda ingin memilih jenis layanan ini, ada baiknya anda mengetahui latar belakang dari arsiteknya dan produk yang dihasilkannya. Banyak dari pembuat situs web online ini adalah anak muda yang baru lulus dari jurusan s1 arsitektur, STM drafting arsitektur  tanpa punya atau sedikit pengalaman berarsitektur.

Tipe kedua adalah tipe jual data arsitektur online. Tipe ini memberikan jasa arsitek tapi tidak mendesign. Maksudnya begini, mereka ini hanya mengumpulkan bahan referensi dari denah, tampak, potongan, dan juga 3d di internet dari tipe-tipe kavling rumah yang sudah standar di pasaran. Dikarenakan menjual begitu saja design yang sudah ada dan dipublikasikan adalah ilegal, mereka bekerjasama dengan nitizen yang terlibat profesi jasa konstruksi. Siapa saja bisa mengupload design mereka di web ini, dan andalah yang tinggal memilih mana yang sesuai dengan anda. Bila anda membayar designnya, tentu saja designer aslinya akan mendapatkan fee juga.

Kelemahan sistim ini adalah anda sangat susah mendapatkan design yang bagus, bermutu atau sesuai keinginan anda dan bisa saja design yang anda beli sama dengan tetangga anda. Designer handal tentu saja tidak mau memberikan designnya dijual secara murah dan diproduksi massal. Selain itu bisa saja anda mendapatkan gambar yang tidak saling berkesinambungan atau design yang hanya contekan dengan modifikasi sedikit dari design arsitek terkenal.

Tipe ketiga adalah tipe all in one atau semua ada. Tipe ini sebenarnya kerjasama antara kontraktor, suplier dan arsitek, tapi yang ada di pasaran sekarang ini kebanyakan dipunyai oleh kontraktor bangunan. Dengan servisnya memberikan design gratis dan paket murah dalam membuat interior atau arsitektur, tentu membuat anda tertarik menghubunginya. Sayangnya anda juga tidak akan mendapatkan kualitas design yang bagus di jasa online tipe ini dikarenakan kontraktor tidak mengetahui soal design. Mereka hanya tahu bagaimana membangun yang kokoh dan mendapatkan keuntungan yang besar dari membangunnya. Mereka tidak mau lama-lama bicara design dikarenakan tidak ada untungnya buat mereka. Bersiap-siap saja bila ada penambahan biaya di kemudian hari dikarenakan tidak ada gambar lengkap dalam detail konstruksinya.

Yang perlu diingat, untuk mendapatkan design yang bermutu dan sesuai dengan yang anda inginkan diperlukan komunikasi lebih dekat dan intensif antara  arsitek dan client. Proses ini bisa berlangsung lama bahkan sampai tahapan konstruksi, inilah yang membuat sistim online arsitek tidak bisa sama dengan bisnis online yang lain, design arsitektur tidak bisa seperti layanan gojek, tokopedia, uber dimana sekali transaksi online barang atau layanan segera diantar lalu selesai semua.

Bila anda berminat memakai jasa online arsitek atau interior, lebih baik anda mengetahui tipe-tipe servis yang ada di pasaran dan menyeleksi layanan dari latar belakangnya dan produk yang dihasilkannya, kalau perlu teleponlah dan tanyalah lebih detail sehingga anda dengan tenang memakainya untuk bisa mendapatkan design yang bermutu.







Banyak dari kita dibingungkan dengan profesi arsitek, interior, kontraktor dan juga sekarang servis yang disebut design & built beserta tukang mebel yang ada di pasaran. Susahnya karena tidak ada aturan yang pasti tentang perlindungan masing-masing keprofesian di Indonesia, profesi ini seakan dibiarkan campur aduk dengan yang lainnya.

Tentu banyak dari kita yang berpikir untuk membangun rumah cukup panggil kontraktor saja pasti beres. Sehingga kadang-kadang bagi orang awam menganggap orang yang mendesign rumah ataupun interiornya adalah kontraktor juga. Fenomena memang menjadi kabur batasannya dikarenakan banyak profesi kontraktor juga membuat servis design n built menjadi satu paket murah di pasaran.

Sebelum kita membahas lebih jauh, ada perlunya kita membahas masing-masing keprofesian. Arsitek adalah yang bertugas mendesign bangunan secara luar dan dalam. Mereka lah yang merangkum keperluan anda akan ruang yang berfungsi menjadi suatu gambar yang disebut denah, tampak, potongan. Gambar ini akan anda butuhkan untuk perijinan sewaktu mengurus imb. Mereka tidak hanya berhenti disitu saja, mereka juga bisa diminta mengajukan material, pembuatan gambar pelaksanaan dan pengawasan berkala sehingga hasil dari rancangan mereka terbangun sesuai dengan yang diminta.

Sering salah sangkanya mereka bukanlah interior designer. Memang ada beberapa arsitek mempunyai pengalaman keduanya baik interior dan arsitektur tapi sebenarnya keduanya adalah profesi yang berbeda. Untuk menjadi interior designer ataupun arsitek sama-sama menempuh jalus s1, yang satu jurusan design dan yang lainnya jurusan teknik arsitektur.
Makanya bila arsitek disuruh mengerjakan interior, biasanya anda akan dikenakan biaya tambahan. Biasanya mereka hanya membuat denah perletakkan furniture supaya semua ruangannya terlihat berfungsi semestinya, tapi mereka tidak berkewajiban memberikan gambar lebih jauh.
Jadi bila anda menanyakan detail spesifikasi perabotnya bagaimana, mereka akan enggan menjawab karena tidak terlalu menguasainya.

Sebaliknya interior designer tidak mengerti soal profesi arsitektur, apalagi bila anda tanya tentang tampak bangunannya. Interior designer berfungsi untuk mendekorasi ruangan yang disediakan dan mengisinya dengan perabot.

Lagi-lagi mereka berbeda dengan toko mebel/ furniture. Toko furniture hanya bertujuan menjual furniturenya supaya laku tapi mereka tidak mengenal design. Sekarang ini banyak orang yang mengaku interior designer dengan portfolio sebatas 3d image ataupun gambar-gambar yang diambil dari internet padahal mereka hanyalah penjual furniture, suplier interior ataupun sales properti.

Banyak toko mulai menggabungkan jasa interior designer, properti, jual mebel dan suplier wallpaper, gorden dll. Sering kali jenis toko furniture seperti ini memberikan servis design interior gratisan supaya mebelnya atau materialnya laku terjual.  Tapi lebih baik anda berpikir dua kali, mereka ini tidak belajar ilmu design seperti mencocokan bentuk, warna, letaknya, fungsinya dengan keseluruhan. Jadi jangan harap mendapatkan interior anda kelihatan bagus designnya.
Terkecuali bila ada ke toko furniture berkelas dan mahal, mereka biasanya menyediakan  interior designer profesional dalam tokonya juga.

Terus apa dong profesi kontraktor? kontraktor sebenarnya memberikan jasa membangun sampai bangunan beroperasi semestinya. Mereka lah yang mewujudkan gambar-gambar dari arsitek dan interior untuk menjadi bentuk fisiknya. Perlu diingat mereka tidak bisa membangun bila tidak ada gambar perencanaannya. Memang beberapa kasus ada yang bisa langsung diwujudkan dengan hanya mengandalkan sketch dari anda, tapi kami sarankan anda tidak mencobanya dikarenakan selain membuat hasilnya tidak sesuai dengan keinginan anda, akan ada banyak biaya tambah dikemudian hari dikarenakan try and error di lapangan.

Kebingungan profesi ini juga dikarenakan banyaknya servis design n build di lapangan. Banyak iklan yang menggiurkan anda seperti jasa paket murah bangun rumah dengan design gratis. Sebenarnya ini suatu praktek yang ilegal yang menjatuhkan profesi arsitek dikarenakan banting-banting harga di pasaran. Praktek ini juga ilegal dikarenakan untuk bekerja mendesign rumah diatas 150 m2 sebenarnya membutuhkan ijin bekerja perencana yang sudah diakui seperti ijin dokter ataupun pengacara. Ini tidak main-main, mereka mempunyai sertifikasi yang mengikuti peraturan tertulis membangun yang sehat dan aman.

Tidak mengerti design bagi kalangan awam juga membuat servis ini laku selain harganya. Jangan kaget bila anda mendapatkan hasil bangunan anda tidak kelihatan ada designnya atau ruang-ruangnya tidak tertata dengan baik. Mereka tentu hanya mengikuti sesuai dengan anda mau karena anda yang punya duit. Beruntung bila anda punya selera yang bagus dalam design, bila tidak ya mungkin anda mendapatkan rumah anda menjadi berantakan, ataupun nyentrik dengan warna, bentuk yang berbeda dan tidak mempunyai kesatuan untuk enak dipandang layaknya karya seni. Ingatlah mereka kontraktor design n built bukanlah designer,  ongkos design tidak ada buat apa mereka berpusing-pusing memikirkan bagus atau indah penampilan rumah anda. Memang ada servis design n built yang dipunyai arsitek dan kontraktor, tapi biasanya designnya tidak menjadi gratis.

Bila anda ingin membangun rumah atau properti lainnya, baiklah anda mengerti profesi-profesi yang berkaitan dan yang ada di pasaran sehingga anda tidak salah memilih






Previous PostOlder Posts Home