Instagram arsitek

Leave a Comment
     Semenjak kemunculan media sosial, peranan arsitek telah berubah dratis terutama dalam strategi marketingnya. Banyak dari arsitek muda menggunakan media sosial seperti instagram, facebook, tweeter, youtube, pinterest, dll untuk mempromosikan dirinya beserta karya-karyanya. Perlombaan pun dimulai untuk mencari ketenaran dalam hal mencari banyaknya like atau follower yang didapat layaknya selebritis.
Tentu saja acara-acara seperti talk show, nongkrong atau ngopi bareng arsitek, pameran karya arsitek muda, dll sedang populer bagi arsitek-arsitek yang baru untuk berpatisipasi dan mempromosikan dirinya.

    Tidak seperti pendahulunya para arsitek yang sudah berpengalaman lebih dari 20 tahun lebih rendah hati dalam menampilkan karya-karyanya. Bahkan bila tidah ada undangan untuk presentasi, mereka tidak banyak promosi diri. Bilapun promosi di media, lebih banyak di portfolio perusahaannya dan bukan pribadi arsiteknya sendiri. Bukannya promosi diri layaknya artis yang menampilkan fine art dari egonya masing-masing.

    Mungkin inilah yang sering disindir bahwa generasi muda arsitek banyak disebut instagram arsitek.  Apakah generasi arsitek muda sepeti layaknya generasi instan mtv yang ingin mengikuti fenomena Justin Bieber dengan instannya bisa terkenal dan mendapatkan banyak uang dari memasukkan video clipnya di media sosial.

   Memang tidak salah promosi di media sosial untuk memperlihatkan ke publik existensi kita, ketika proyek-proyek arsitektur kita didominasi oleh biro arsitektur besar. Tentu untuk bisa survive, promosi diri dan keahliannya yang terus-menerus adalah langkah awal mencari klient. Sayangnya yang sering ditampilkan adalah gambaran sepotong-sepotong dari 3d yang superrealitis dari proyek-proyek rumah mewah, komersial layaknya presentasi iklan properti yang kebanyakan hanyak mengikuti  dari keinginan klientnya memaximalkan penggunaan lahan.

    Tidak heran potongan 3d yang ditampilkan seperti mirip-mirip dengan image yang didapat di internet ataupun majalah arsitektur dan interior. Jarang sekali melihat arsitek generasi muda kita yang idealis dalam pencarian pendekatan arsitektur yang baru.
Mungkin inilah kestagnan arsitektur kita, kurangnya arsitek yang berpikir, tapi lebih banyak arsitek yang mencontek apa yang indah dan lagi tren di majalah atau media luar

Kita musti lebih banyak membuat pameran atau talk show yang mempunyai agenda atau tema yang isinya bisa berbagi pengetahuan bagi kalangan arsitek sendiri dan kalangan publik. Sepertinya moderator, kritikus, kurator banyak dibutuhkan saat ini untuk menyaring karya-karya yang hanya menampilkan keindahan semata atau ketenaran sesaat tanpa ada manfaat yang banyak bagi profesi dan publik.


Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment